Empat puluh enam tahun yang lalau, tepatnya tanggal 26 Maret 1961 merupakan hari yang bersejarah bagi Mahasiswa Katolik Kalimantan Barat. Karena pada hari itu atas prakarsa Johanes Mardi, seorang pegawai kantor Gubernur Kalimantan Barat yang juga berstatus mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Daya Nasional (sekarang UNTAN) bersama depalan orang mahasiswa lainnya yaitu : A. Mujiono, Tan Un suah, Yustina Theresia Ariany, Frans Kam Soo Nyong, Pani, Sabinen Ada, Liem Tjing Hok dengan dibantu oleh Pastor Marius OFM Cap telah memprakarsai berdirinya Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia cabang Pontianak yang pada saat itu, sebagai pelindungnya adalah Santa Katarina. Sedangkan Pengurus Pusat (PP PMKRI) pelindungnya Thomas Aquinas.
Pendirian PMKRI cabang Pontianak tersebut saat itu terutama bertujuan untuk menyatukan visi dan persepsi mahasiswa Katolik dalam berbagai hal. Juga sebagai upaya untuk memenuhi salah satu tuntutan dari pihak universitas agar ada organsasi mahasiswa Katolik dan tuntutan keadaan dimana mahasiswa yang tidak ikut organisasi di luar CGMI (Central Gerakan Mahasiswa / Under-bow-nya PKI) dicurigai pemerintah sebagai pengikut CGMI. Syukurnya pembentukan PMKRI Pontianak tersebut juga mendapat respon dan dukungan dari pihak hirarki Gereja maupun Pemerintah Daerah khususnya Gubernur Oevang Oeray dan Pangdam Ryachudu. Data tersebut diatas merupakan hasil wawancara Edi V. Petebang (mantan Sekjen PMKRI periode 1994 – 1996) dan M. Eko Hardian ketua Presedium PMKRI tahun 1997 – 1998 dengan bapak J. Mardi tanggal 8 Maret 1996).
Kegiatan PMKRI selain di Gereja, juga bergabung dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan berpolitik praktis dalam partai Katolik dan Partai Dayak.
Dua tahun setelah berdiri, pada tanggal 13 Februari 1963 terbentuknya secara legal, kepengurusan periode 1963 – 1966 terpilih sebagai ketua umum (sekarang Ketua Presidium) adalah J. Mardi dan sekretaris umum (sekarang Sekretaris Jendral) adalah A. Mudjiono dan Pastor Moderatornya adalah Marius A.P. OFM Cap. Pada waktu itu belum ada Anggaran Rumah Tangga Cabang (ARTC), logo maupun bendera cabang. Meskipun secara legal berdiri pada tanggal 13 Februari 1963, namun Dies natalis PMKRI Pontianak tetap tanggal 28 januari (berdasarkan surat DPC PMKRI Pontianak 29 Februari 1972 dan surat DPC PMKRI Pontianak Nomor 08/DPC/I/1973 nama Santo pelindung PMKRI Pontianak berganti menjadi Santo Thomas More hingga sekarang).
Duet J. Mardi dan A. Mudjiono kembali terpilih untuk masa periode setahun kemudian. Namun J. Mardi akhirnya mengundurkan diri dan digantikan oleh Laurent Mangan (pernah menjadi wakil Kalbar sebagai anggota MPRS RI sebagai anggota termuda dari seluruh Indonesia).
Periode 1968 – 1969 PMKRI Pontianak dipimpin oleh F.X. Winarno dengan Sekjen J. Gani Rostandy tahun dimana situasi politik memanas. PKI secara terang terangan dengan didukung oleh oknum Birokrat dan ABRI dengan gencar melakukan aksi yang memuncak bersama gerakan G 30 S PKI.
PMKRI bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) membentuk wadah bersama yang disebut KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Pada saat yang bersamaan dibentuk pula KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) atas inisiatif mahasiswa, pemuda-pelajar.
KAMI dan KAPPI mendapat simpati sebagian besar masyarakat Indonesia. Terjadilah demonstrasi besar-besaran dengan tuntutan yang lebih dikenal dengan TRITURA (1. Bubarkan PKI, 2. Turunkan harga, 3. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI). Berkat kerjasama yang baik antara mahasiswa, pelajar dan ABRI, maka pemeritahan Soekarno memenuhi tuntutan tersebut.
.
2007/08/22
[+/-] |
Sekilas Sejarah PMKRI Pontianak |
2007/08/14
[+/-] |
Visi dan Misi |
VISI
Terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.
Misi
Berjuang dengan terlibat dan berpihak pada kaum tertindas melalui kaderisasi intelektual populis yang dijiwai nilai-nilai kekatolikan untuk mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati.[+/-] |
Sejarah Berdirinya PMKRI |
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) pada awalnya merupakan hasil fusi Federasi Katholieke Studenten Vereniging (KSV) dan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Yogyakarta. Federasi KSV yang ada saat itu meliputi KSV St. Bellarminus Batavia (didirikan di Jakarta, 10 November 1928), KSV St. Thomas Aquinas Bandung (didirikan di Bandung, 14 Desember 1947), dan KSV St. Lucas Surabaya (didirikan di Surabaya, 12 Desember 1948). Federasi KSV yang berdiri tahun 1949 tersebut diketuai oleh Gan Keng Soei (KS Gani) dan Ouw Jong Peng Koen (PK Ojong). Adapun PMKRI Yogyakarta yang pertama kali diketuai oleh St. Munadjat Danusaputro, didirikan pada tanggal 25 Mei 1947.
Keinginan Federasi KSV untuk berfusi dengan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Yogyakarta saat itu, karena pada pertemuan antar KSV di penghujung 1949, dihasilkan keputusan bersama bahwa “….Kita bukan hanya mahasiswa Katolik, tetapi juga mahasiswa Katolik Indonesia ..." Federasi akhirnya mengutus Gan Keng Soei dan Ouw Jong Peng Koen untuk mengadakan pertemuan dengan moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta.
Setelah mendapat saran dan berkat dari Vikaris Apostolik Batavia yang pro Indonesia, yaitu Mgr. PJ Willekens, SJ, utusan Federasi KSV (kecuali Ouw Jong Peng Koen yang batal hadir karena sakit) bertemu dengan moderator pada tanggal 18 Oktober 1950. Pertemuan dengan Ketua PMKRI Yogyakarta saat itu, yaitu PK Haryasudirja, bersama stafnya berlangsung sehari kemudian. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut intinya wakil federasi KSV yaitu Gan Keng Soei mengajak dan membahas keinginan ”Mengapa kita tidak berhimpun saja dalam satu wadah organisasi nasional mahasiswa Katolik Indonesia? Toh selain sebagai mahasiswa Katolik, kita semua adalah mahasiswa Katolik Indonesia”.
Maksud Federasi KSV ini mendapat tanggapan positif moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta. Dan dari pertemuan itu dihasilkan dua keputusan lain yaitu :
Setelah pertemuan tersebut, masing-masing organisasi harus mengadakan kongres untuk membahas rencana fusi.
Kongres Gabungan antara Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta akan berlangsung di Yogyakarta tanggal 9 Juni 1951.
Dalam kongres gabungan tanggal 9 Juni 1951, kongres dibuka secara resmi oleh PK. Haryasudirja selaku wakil PMKRI Yogyakarta bersama Gan Keng Soei yang mewakili Federasi KSV. Diluar dugaan, Kongres yang semula direncanakan berlangsung hanya sehari, ternyata berjalan alot terutama dalam pembahasan satu topik, yakni penetapan tanggal berdirinya PMKRI.
Disaat belum menemui kesepakatan, Kongres Gabungan sempat diskors untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing organisasi untuk kembali mengadakan kongres secara terpisah pada tanggal 10 Juni 1950. Akhirnya Kongres Gabungan untuk fusi-pun kembali digelar pada tanggal 11 Juni 1950 dan berhasil menghasilkan 14 keputusan yaitu :
Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta berfusi menjadi satu sebagai organisasi nasional mahasiswa katolik bernama:”Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia” yang kemudian disingkat PMKRI. Sebutan perhimpunan ini disepakati sebagai pertimbangan agar organisasi baru ini sudah bersiap-siap untuk mau dan mampu menampung masuk dan menyatunya organisasi-organisasi mahasiswa Katolik lain yang telah berdiri berlandaskan asas dan landasan lain, seperti KSV-KSV di daerah-daerah pendudukan Belanda guna menuju persatuan dan kesatuan Indonesia.
Dasar pedoman (AD/Anggaran Dasar) PMKRI Yogyakarta diterima sebagai AD sementara PMKRI hingga ditetapkannya AD PMKRI yang definitif.
PMKRI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1947.
PMKRI berkedudukan di tempat kedudukan Pengurus Pusat PMKRI.
Empat cabang pertama PMKRI adalah : PMKRI Cabang Yogyakarta, PMKRI Cabang Bandung, PMKRI Cabang Jakarta, dan PMKRI Cabang Surabaya.
Dalam ART setiap cabang PMKRI harus dicantumkan kalimat,”PMKRI berasal dari Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta yang berfusi tanggal 11 Juni 1951”
Santo pelindung PMKRI adalah Sanctus Thomas Aquinas
Semboyan PMKRI adalah “Religio Omnium Scientiarum Anima” yang artinya Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan.
Baret PMKRI berwarna merah ungu (marun) dengan bol kuning di atasnya.
Kongres fusi ini selanjutnya disebut sebagai Kongres I PMKRI.
Kongres II PMKRI akan dilangsungkan di Surabaya, paling lambat sebelum akhir Desember 1952 dan PMKRI Cabang Surabaya sebagai tuan rumahnya.
Masa kepengurusan PMKRI adalah satu tahun, dengan catatan: untuk periode 1951-1952 berlangsung hingga diselenggarakannya Kongres II PMKRI.
PP PMKRI terpilih segera mendirikan cabang-cabang baru PMKRI diseluruh Indonesia dan mengenai hal ini perlu dikoordinasikan dengan pimpinan Waligereja Indonesia.
PK Haryasudirja secara aklamasi ditetapkan sebagai Ketua Umum PP PMKRI periode 1951-1952.
Dengan keputusan itu maka kelahiran PMKRI yang ditetapkan pada tanggal 25 Mei 1947 menjadi acuan tempat PMKRI berdiri. PMKRI didirikan di Balai Pertemuan Gereja Katolik Kotabaru Yogyakarta di jalan Margokridonggo (saat ini Jln. Abubakar Ali). Balai pertemuan tersebut sekarang bernama Gedung Widya Mandala.
Penentuan tanggal 25 Mei 1947 yang bertepatan sebagai hari Pantekosta, sebagai hari lahirnya PMKRI, tidak bisa dilepaskan dari jasa Mgr. Soegijapranata. Atas saran beliaulah tanggal itu dipilih dan akhirnya disepakati para pendiri PMKRI, setelah sejak Desember 1946 proses penentuan tanggal kelahiran belum menemui hasil. Alasan beliau menetapkan tanggal tersebut adalah sebagai simbol turunnya roh ketiga dari Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Roh Kudus kepada para mahasiswa katolik untuk berkumpul dan berjuang dengan landasan ajaran agama Katolik, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
Keinginan Federasi KSV untuk berfusi dengan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Yogyakarta saat itu, karena pada pertemuan antar KSV di penghujung 1949, dihasilkan keputusan bersama bahwa “….Kita bukan hanya mahasiswa Katolik, tetapi juga mahasiswa Katolik Indonesia ..." Federasi akhirnya mengutus Gan Keng Soei dan Ouw Jong Peng Koen untuk mengadakan pertemuan dengan moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta.
Setelah mendapat saran dan berkat dari Vikaris Apostolik Batavia yang pro Indonesia, yaitu Mgr. PJ Willekens, SJ, utusan Federasi KSV (kecuali Ouw Jong Peng Koen yang batal hadir karena sakit) bertemu dengan moderator pada tanggal 18 Oktober 1950. Pertemuan dengan Ketua PMKRI Yogyakarta saat itu, yaitu PK Haryasudirja, bersama stafnya berlangsung sehari kemudian. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut intinya wakil federasi KSV yaitu Gan Keng Soei mengajak dan membahas keinginan ”Mengapa kita tidak berhimpun saja dalam satu wadah organisasi nasional mahasiswa Katolik Indonesia? Toh selain sebagai mahasiswa Katolik, kita semua adalah mahasiswa Katolik Indonesia”.
Maksud Federasi KSV ini mendapat tanggapan positif moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta. Dan dari pertemuan itu dihasilkan dua keputusan lain yaitu :
Setelah pertemuan tersebut, masing-masing organisasi harus mengadakan kongres untuk membahas rencana fusi.
Kongres Gabungan antara Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta akan berlangsung di Yogyakarta tanggal 9 Juni 1951.
Dalam kongres gabungan tanggal 9 Juni 1951, kongres dibuka secara resmi oleh PK. Haryasudirja selaku wakil PMKRI Yogyakarta bersama Gan Keng Soei yang mewakili Federasi KSV. Diluar dugaan, Kongres yang semula direncanakan berlangsung hanya sehari, ternyata berjalan alot terutama dalam pembahasan satu topik, yakni penetapan tanggal berdirinya PMKRI.
Disaat belum menemui kesepakatan, Kongres Gabungan sempat diskors untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing organisasi untuk kembali mengadakan kongres secara terpisah pada tanggal 10 Juni 1950. Akhirnya Kongres Gabungan untuk fusi-pun kembali digelar pada tanggal 11 Juni 1950 dan berhasil menghasilkan 14 keputusan yaitu :
Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta berfusi menjadi satu sebagai organisasi nasional mahasiswa katolik bernama:”Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia” yang kemudian disingkat PMKRI. Sebutan perhimpunan ini disepakati sebagai pertimbangan agar organisasi baru ini sudah bersiap-siap untuk mau dan mampu menampung masuk dan menyatunya organisasi-organisasi mahasiswa Katolik lain yang telah berdiri berlandaskan asas dan landasan lain, seperti KSV-KSV di daerah-daerah pendudukan Belanda guna menuju persatuan dan kesatuan Indonesia.
Dasar pedoman (AD/Anggaran Dasar) PMKRI Yogyakarta diterima sebagai AD sementara PMKRI hingga ditetapkannya AD PMKRI yang definitif.
PMKRI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1947.
PMKRI berkedudukan di tempat kedudukan Pengurus Pusat PMKRI.
Empat cabang pertama PMKRI adalah : PMKRI Cabang Yogyakarta, PMKRI Cabang Bandung, PMKRI Cabang Jakarta, dan PMKRI Cabang Surabaya.
Dalam ART setiap cabang PMKRI harus dicantumkan kalimat,”PMKRI berasal dari Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta yang berfusi tanggal 11 Juni 1951”
Santo pelindung PMKRI adalah Sanctus Thomas Aquinas
Semboyan PMKRI adalah “Religio Omnium Scientiarum Anima” yang artinya Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan.
Baret PMKRI berwarna merah ungu (marun) dengan bol kuning di atasnya.
Kongres fusi ini selanjutnya disebut sebagai Kongres I PMKRI.
Kongres II PMKRI akan dilangsungkan di Surabaya, paling lambat sebelum akhir Desember 1952 dan PMKRI Cabang Surabaya sebagai tuan rumahnya.
Masa kepengurusan PMKRI adalah satu tahun, dengan catatan: untuk periode 1951-1952 berlangsung hingga diselenggarakannya Kongres II PMKRI.
PP PMKRI terpilih segera mendirikan cabang-cabang baru PMKRI diseluruh Indonesia dan mengenai hal ini perlu dikoordinasikan dengan pimpinan Waligereja Indonesia.
PK Haryasudirja secara aklamasi ditetapkan sebagai Ketua Umum PP PMKRI periode 1951-1952.
Dengan keputusan itu maka kelahiran PMKRI yang ditetapkan pada tanggal 25 Mei 1947 menjadi acuan tempat PMKRI berdiri. PMKRI didirikan di Balai Pertemuan Gereja Katolik Kotabaru Yogyakarta di jalan Margokridonggo (saat ini Jln. Abubakar Ali). Balai pertemuan tersebut sekarang bernama Gedung Widya Mandala.
Penentuan tanggal 25 Mei 1947 yang bertepatan sebagai hari Pantekosta, sebagai hari lahirnya PMKRI, tidak bisa dilepaskan dari jasa Mgr. Soegijapranata. Atas saran beliaulah tanggal itu dipilih dan akhirnya disepakati para pendiri PMKRI, setelah sejak Desember 1946 proses penentuan tanggal kelahiran belum menemui hasil. Alasan beliau menetapkan tanggal tersebut adalah sebagai simbol turunnya roh ketiga dari Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Roh Kudus kepada para mahasiswa katolik untuk berkumpul dan berjuang dengan landasan ajaran agama Katolik, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
2007/08/12
[+/-] |
PMKRI Gelar Rekrutmen Anggota Baru |
PONTIANAK – Perhimpunan Mahasiswa katolik Republi Indonesia (PMKRI) Cabang Pontianak, Sanctus Thomas More kembali menggelar Masa penerimaan anggota Baru (MPAB). Jenjang awal pembinaan yang merupakan bagian dari proses rekrutmen anggota kali ini diikuti 23 peserta yang dilaksanakan di dua tempat, Wisma PSE dan Margasiswa PMKRI, Jalan Imam Bonjol no. 338 Pontianak pada Jumat (15-17/12) lalu. Diakhir kegiatan, pada tanggal yang bersamaan peserta bersama panitia melakukan rekreasi di taman Jungkat Beach sekaligus penutupan rangkaian kegiatan MPAB.
Disamping memperkenalkan keorganisasian internal PMKRI baik materi demi materi yang ada, rangkaian kegiatan MPAB kali ini juga di isi dengan dialog bersama menyikapi isu-isu seputar daerah dengan mengusung topik: “Peran Kaum Muda Dalam menyikapi Isu-Isu Daerah”. Turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Drs. Cornelis, MH tokoh masyarakat dan juga selaku Bupati Landak, dan Makarius Sintong, SH, MH Dewan pertimbangan PMKRI yang juga selaku Sekretaris Umum Dewan Adat Dayak Kalbar.
Asri Yurikhe Maria dalam sambutannya selaku Ketua Panitia mengatakan bahwa MPAB sebagai proses awal untuk bergulat di PMKRI, dimana setiap calon kader bukan hanya diperkenalkan untuk memahami PMKRI semata, namun lebih dari itu, menurut mahasiswi STKIP PGRI Pontianak ini, peserta juga diajak untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Karena menurutnya, dengan upaya saling mengenal tersebut, maka berarti membuka diri dalam menuju pintu persaudaraan sebagaimana amanah dari visi perhimpunan; terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati.
Dikatakan pula, melaui MPAB sebagai tonggak awal elemen esensial dalam mengawali perjuangan bersama di perhimpunan. Maka dari itu, menurutnya pintu untuk saling mengisi, belajar dan berproses bersama juga akan selalu terbuka lebar bagi setiap kader. “Rekan-rekan, setelah anda menyatakan siap bergabung di PMKRI melalui kehadiran di MPAB ini, maka satu harapan saya; mari kita bangun kebersamaan dan komitmen untuk mengikuti proses ini dengan sungguh-sungguh” pinta Ikhe, sapaan akrabnya.
Sementara, Florensius Boy yang juga ketua Presidium PMKRI Cabang Pontianak mengingatkan bahwa kaum muda sebagai generasi penerus memiliki andil besar dalam mengusung sebuah perubahan, yang nantinya tidak mustahil menjadi pemimpin bangsa. Karenanya, sebagai bagian dari kaum muda pembawa perubahan (agent of change), peran mahasiswa menajadi penting. “Pada hari ini rekan-rekan diundang dan diharapkan dapat menjadi bagian dari agent of change dimaksud. PMKRI adalah salah satu bagian dari sekian banyak wadah pembinaan yang ada. Perlu di ingat, kita bisa berbuat bukannya untuk sebuah pujian namun untuk sebuah kemuliaan, Pro Ecclesia et Patria/untuk gereja dan tanah air” urai Boy.
Subscribe to:
Postingan (Atom)