Pengurus Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Sanctus Thomas More Pontianak, Sabtu (16/2)lalu dilantik. Pelantikan pengurus baru tersebut dilakukan oleh Pengurus Pusat PMKRI Santo Thomas Aquinas Jakarta yakni Bartolomeus Jematu, Ketua Presidium PP PMKRI Periode 2006-2008 bertempat di Rektorat Universitas Tanjungpura Pontianak lantai III.
Melalui pelantikan tersebut, juga dirangkai dengan Misa Perayaan Ekaristi oleh Uskup Agung Pontianak (Mgr. Hieronimus Bumbun, OFM Cap), Launching BUletin PETRA - Website PMKRI Pontianak dan Seminar bertajuk "Membangun Kesadaran Kritis Kaum Muda Guna Merespon Isu-isu Kemasyarakatan Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia". Dalam kesempatan ini turut hadir sejumlah Penyaji seminar diantaranya; H. Nur Iskandar, SP (Pimred Harian Borneo Tribune), Marcelins Lin, SH (Aktivis Pemberdayaan), Bartolomeus Jematu (Ketua PP PMKRI Santo Thomas Aquinas Jakarta) dan Hendrikus Adam (Ketua Presidium PMKRI POntianak terpilih).
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat yang diwakili Drs. Herry Djaung, M.Si (Kepala BKIKD Kalbar), Pemerintah Kota Pontianak ang diwakili Asisten 1 bidang pemerintahan, dewan pembina, anggota penyatu serta para undangan. acara tersebut juga di meriahkan oleh kelompok Paduan Suara "MATUK" dari Asrama Santo Bonaventura Sepakat Pontianak dibawah asuhan Bruder Alfonso, MTB (Mantan Sekjen PMKRI Kupang) dan Br. Efrem, MTB.
.
2008/02/20
[+/-] |
Pengurus PMKRI Pontianak di Lantik |
2008/02/01
[+/-] |
Hendrikus Adam |
Mandataris RUAC/Formatur Tunggal/Ketua Presidium Terpilih
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Santo Thomas More Cabang Pontianak Jumat hingga Senin, 10-14 Januari 2008 lalu telah melangsungkan Sidang Rapat Umum Anggota Cabang (RUAC) yang merupakan forum pemegang kekuasaan tertinggi dalam perhimpunan. Acara yang berlangsung di Mess Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Pontianak Jalan WR. Supratman nomor 100 kala itu cukup alot. Melalui Sidang RUAC, Hendrikus Adam yang pada kepengurusan sebelumnya sebagai Sekretaris Jenderal PMKRI Pontianak, terpilih menjadi Mandataris RUAC/Formatur Tunggal/Ketua Presidium yang baru menggantikan Florensius Boy. Terpilihnya Hendrikus Adam sekitar pukul 04.30 Wib setelah melewati proses pengambilan suara dan menang telak atas dua kandidat Ketua Presidium lainnya yakni Bernardus Mohtar dan Yunus. MR/FT/KP terpilih ditetapkan melalui Ketetapan Sidang RUAC Nomor 10/TAP/RUAC/I-F/01/2008 dipimpin Panitia Ad Hoc yang terdiri dari Raymundus Yanto (ketua), Yohanes (Sekretaris) dan Hendrikus Hen (Anggota). Melalui Sidang RUAC pada agenda sebelumnya, juga ditetapkan pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) PMKRI Pontianak melalui ketetapan nomor Nomor 09/TAP/RUAC/I-F/01/2008 yang terdiri; Petrus AM Musa (Ketua), Adianto (Sekretaris) dan Wellybrodus (Anggota). Terpilihnya Ketua Presidium baru setidaknya pula mendapat sambutan hangat dari Uskup Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Bumbun, OFM Cap. ”Kepada yang terpilih sebagai Ketua Presidium, kalau habis masa kepengurusan harus mendukung kepengurusan berikutnya. Jalinan komunikasi harap terus dibangun,” tandasnya memberi nasihat. Menyinggung soal Buletin PETRA, Uskup menilai media tersebut perlu sebagai wadah belajar. Media perdana PMKRI ini menurut Uskup harus merupakan wadah untuk saling mempererat komunikasi sesama anggota PMKRI dan sebagai media belajar bersama bagi anggota.
Sekilas KP Baru
Hendrikus Adam adalah mahasiswa yang kini menempuh studi di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura. Terlahir dari keluarga sederhana di Kampung Nahaya-Landak, buah kasih pasangan Sahaden dan Urim (almh). Anak ketiga dari tiga bersaudara yang menempuh studi SD hingga SMP di kampung halaman (Nahaya) dan SMUN 1 di Mandor. Kemandiriannya sejak kecil membuatnya terbiasa dengan beragam aktivitas baik di sekolahan saat itu maupun hingga kini sebagai warga kampus (mahasiswa). Memasak, mencuci piring seperti layaknya anak gadis, menoreh karet, memancing, pergi keladang dan berbagai aktivitas lainnya dilakoninya. ”Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru,” kalimat ini disadari punya makna mendalam. Dimanapun dan kepada siapapun kita bisa belajar, demikian maknanya. Keinginannya untuk mengasah diri diwujudkannya melalui keterlibatan di organisasi, sehingga tidak heran bila akhirnya sejumlah wadah pernah/sedang diikutinya meliputi; KEWAKA FISIP, HMJ-IA, MIUN, HIMMALAK, HIMABINA, KMK Untan, BEM, GEMPA, PMKRI. Sosok yang kini tinggal di Asrama Santo Boneventura Sepakat ini menyadari menjadi Ketua Presidium bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun demikian, Ketua Gerakan Mahasiswa Pencinta Alam (GEMPA) FISP Untan 2004/2005 optimis bahwa dengan kebersamaan dan kemurnian pikiran untuk memberikan yang terbaik bagi perhimpunan, apa yang diharapkan bisa diwujudkan. Pengagum sosok Paus Yohanes Paulus II ini juga anggota Sahabat Lingkungan Kalbar (SALAK) dan anggota Jaringan Rakyat Untuk Keadilan dan Perdamaian (JRKP). Terpilih sebagai Ketua Presidium disadari Adam sebagai sebuah amanah yang diberikan dan mesti mendapat tempat tersendiri baginya. Bagi pemilik motto Hidup adalah Anugerah ini, komunikasi, saling terbuka dan membuka diri serta saling percaya merupakan bagian penting yang perlu dikedepankan. ”Mari bersama wujudkan rasa memiliki terhadap perhimpunan dan jadikan PMKRI sebagai rumah belajar bersama. Saya mengajak rekan-rekan pengurus untuk menjalankan amanah dengan penuh tanggungjawab. Terima kasih pula kepada Ketua Presidium sebelumnya beserta jajaran yang telah mengemban amanah dan menjaga PMKRI, dan saya rasa dalam kepengurusan PMKRI hari ini harus berorientasi pada masa depan dengan mengedepankan prinsip, mekanisme dan landasan hukum perhimpunan,” pungkasnya.
Rekomendasi RUAC
Disamping memilih anggota BPK dan Mandataris RUAC/Formatur Tunggal/Ketua Presidium PMKRI Pontianak periode 2008/2009, sidang Rapat Umum Anggota Cabang yang berlangsung di PSE KAP juga menghasilkan rekomendasi berupa seruan moral atas yang berangkat dari keprihatinan atas persoalan sosial di Kalbar khususnya. rekomendasi tersebut dikemas dalam sebuah draf MEMORANDUM KEMASYARAKATAN yang menyerukan: (1) Meminta setiap aparat penegak hukum agar bersungguh-sungguh menegakkan supremasi hukum di Kalimantan Barat khususnya dan di Indonesia umumnya, (2) Agar pemerintah daerah secepatnya merealisasikan pembukaan akses transportasi dan informasi serta membuat perda khusus bagi warga disekitar wilayah perbatasan, (3) Meminta komitmen pemerintah untuk merealisasikan dana pendidikan sebesar 20% sebagaimana tertuang dalam perundang-undangan (UUD 1945, UU Sisdiknas), (4) Agar pemerintah merealisasikan anggaran bidang pendidikan dan kesehatan yang terkait dengan EKOSOB sebagaimana ratifikasi yang telah dilakukan pemerintah RI untu itu dan (5) Meminta agar setiap pembuatan kebijakan bidang lingkungan hidup oleh pemerintah dan para pembuat kebijakan lainnya, agar mengedepankan keberpihakan terutama pada lingkungan hidup (Pro lingkungan) dan masyarakat. Disamping itu, Peserta forum RUAC PMKRI Pontianak mengharapkan kepada pemerintah (Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota) dan para stakeholder (berbagai pihak lainnya) untuk mendukung pelaksanaan Kongres Nasional XXVI dan Majelis Permusyawarata Anggota (MPA) XXV PMKRI se-Indonesia yang akan dihelat di Kabupaten Sintang, Kaliamntan Barat yang dijadualkan November 2008 mendatang.
.
[+/-] |
Pelajaran dari Refleksi Natal dan Pemutaran Film Dokumenter PMKRI |
Muhammad: Sosok seperti Paus Yohanes Paulus II tidak ditemukan di Kalbar
Kedamaian adalah cita-cita setiap orang, tidak ada satu orangpun yang tidak ingin. Berjuang untuk perdamaian adalah suatu hal yang mudah disebut, namun terkesan sulit untuk dilaksanakan. Berjuang untuk perdamaian memerlukan hati jernih yang terbuka dan tidak mudah menilai ajaran yang dianut adalah harga mati yang mutlak baik. Belajar memehami eksistensi orang lain menjadi penting untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih dengan kesederhanaan diri yang mau tampil apa adanya dan mau menerima orang lain apa adanya. Demikian halnya sosok Paus Yohanes Paulus II, kesederhanaan dan tampil apa adanya membuat sosok ini begitu unik dimata bukan hanya bagi warga Kristiani, namun pula bagi warga dunia.
Demikian sekelumit catatan dari diskusi Refleksi Natal ala Perhimpunan Mahasiswa Katolik republik Indonesia (PMKRI) Pontianak yang dirangkai dengan pemutaran film dokumenter pada Sabtu (26/1) lalu di Margasiswa PMKRI Jalan Imambonjol Pontianak 338. Rangkaian acara yang diawali doa bersama dipimpin Bruder Alfonso, MTB cukup menyentuh kalbu. Kesederhanaan Natal menjadi spirit tersendiri dari rangkaian acara yang pula dikemas dengan penuh kesederhanaan, apa adanya. Menurut Gregorius Rigen, Koordinator acara mengurai hal tersebut dimaksudkan sebagai media untuk intropeksi diri bagi kader perhimpunan akan semangat kesederhanaan yang perlu dibangun bagi generasi muda sebagai pondasi nusa dan bangsa. Kesederhanaan kelahiran Yesus adalah pelajaran berharga yang pantas direfleksikan bersama, terutama bagi setiap kader perhimpunan.
Diantara kalangan mahasiswa yang sebagian besar kalangan kristiani, hadir pula Muhammad, SH, Direktur Pelaksana Center Research and Inter Religious Dialogue (CRID). Sosok aktivis perdamaian kelahiran Sampang ini didaulat hadir, karena Furbertus Ipud, SH yang direncanakan hadir akhirnya berhalangan karena masih berada diluar daerah. Pemutaran film mengenai riwayat perjalanan hidup Paus Yohanes Paulus II terasa menginspiratif. Hal itu terungkap dari setiap peserta diskusi bedah film yang dipandu oleh Hendrikus Adam selaku Mandataris RUAC/Formatur Tunggal/Ketua Presidium PMKRI terpilih.
Adalah Berry, mahasiswa STKIP Pontianak menilai ketokohan Paus Yohanes Paulus II pantas menjadi teladan. ”Satu hal dari beliau yang pantas diteladani yakni karena ia mau memaafkan orang yang telah mencoba membunuhnya. Karena itu, kita perlu berbuat kasih terhadap sesama,” ungkap Berry. Jay, ketua Ikatan Mahasiswa Katolik STKIP menilai rasa cinta kasih terhadap seluruh umat manusia menjadi tuntutan kita. Maka dari itu, Jay mengajak untuk mencurahkan cinta kasih guna mewujudkan perdamaian antar sesama, dan jadilah pembawa damai. Hal sama disampaikan Jon Minggus, aktivis PMKRI Pontianak. ”Dari kisah tersebut, saya merasa kehilangan tokoh perdamaian yang bisa memberikan pencerahan bagi dunia, maka dari itu semoga kader-kader perhimpunan dapat memberikan kedamaian bagi dirinya, keluarga dan masyarakat,” jelasnya.
Dalam paparannya, Muhammad SH menilai ketokohan Paus Yohanes Paulus II yang menginspirasi dunia terbentuk karena kondisi peperangan pada saat itu. Sosok yang bernama kecil Karol Yosef Wojtyla menurutnya adalah Pejuang Perdamaian yang sungguh-sungguh memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh tahta suci baginya dengan penuh tanggungjawab. Menurut Muhammad, perdamaian tidak akan pernah tercipta dengan kekerasan, dan Paus juga menghargai rasa kemanusiaan. ”Sosok Paus Yohanes Paulus II tidak ditemukan di Kalbar, karena di sini sibuk dengan identitasnya masing-maisng,” jelas Muhammad.
Sisi lain diungkapkan Bruder Alfonso, MTB. Sisi menarik dari Paus asal Polandia ini menurutnya adalah karena dia hidup apa adanya. Kesederhanaan Paus Yohanes Paulus II membuatnya bisa diterima banyak kalangan. Hal ini dibuktikan manakala Sang Pejuang perdamaian wafat, segenap warga dunia turut bersedih dan bahkan pimpinan dari berbagai belahan dunia tanpa mengenal batas hadir menyampaikan ungkapan kesedihan mendalam. Untuk mewujudkan perdamaian, identitas bagi Bruder Alfonso jangan dijadikan penghalang. Menjaga nilai-nilai yang baik adalah suatu keharusan.
Melalui refleksi tersebut terjawab dengan sendirinya bahwa semangat mau memaafkan, cinta kasih, semangat melayani, menghargai kelompok lain, kebebasan untuk memilih, kesederhanaan, rasa kemanusiaan menjadi penting diwujudkan dalam setiap pribadi, keluarga, masyarakat dan dunia guna menyongsong perdamaian di Kalbar khususnya. [pmkri.ptk]
.