Hari ini, 17 Agustus 2009. 64 Tahun sudah sejak di kumandangkan usia bangsa ini. Indonesia, negeriku. Kembali mengenang hari jadinya. SEbuah peristiwa terbebasnya dari belenggu penjajahan bangsa kolonial, kaum imperialis. Merdeka dari cengkraman. Merdekan bukan berarti lantas terbebas dari segalanya. Merdeka masih menyisakan PR bersar. Pasca kemerdekaan, para pendiri bangsa juga masih harus berjuang. Perjuangan untuk mengisi kemerdekaan negeri ini. Sadar bahwa mustahil kemerdekaan tanpa perjuangan. Mustahil juga pasca kemerdekaan tanpa perjuangan. Pembebasan itu harus terus kita gapai. Pejuangan pasca kemerdekaan belum pernah selesai. Kobarkan semangat, gapai cita-cita bangsa. Untuk Ibu Pertiwi. Dirgahayu Bangsaku, digrahayu Negeriku...Salam Pembebasan
.
2009/08/17
[+/-] |
Dirgahayu untuk Indonesia |
2009/07/04
[+/-] |
Diskusi Cipayung |
Catatan dari Diskusi Kelompok Cipayung
Bahas Soal Peran Kaum Muda Jelang Pilpres hingga Sepakati Membuat Buku
By. Hendrikus Adam*
Tantangan dan Aktualisasi Peran Kaum Muda dalam menghadapi dinamika pelaksanaan pesta demokrasi menjadi thema pelaksanaan diskusi yang digelar kelompok Cipayung bertempat di Aula Pertemuan Tribune Institute Jumat malam beberapa waktu lalu. Kegiatan yang baru dimulai pukul 20.00 wib ini dihadiri berbagai element perwakilan organisasi kaum muda.
PMKRI Pontianak, HMI Cabang Pontianak, GMKI, GMNI dan PMII merupakan bagian dari elemen penyelenggara yang tergabung dalam kelompok Cipayung tersebut. Berdasarkan catatan sejarahnya, kelompok Cipayung mulai digagas tahun 1970 namun baru dinyatakan berdiri tahun 1972 oleh keempat perwakilan organisasi kemahasiswaan saat itu yakni PMKRI, HMI, GMKI dan GMNI bertempat di Cipayung, Jawa Barat. Indonesia yang di cita-citakan, menjadi tajuk aktual para pendiri Cipayung saat itu dalam sebuah diskusi yang akhirnya melahirkan wadah ini. Dua tahun kemudian, PMII menyatakan diri bergabung sebagai bagian dari kelompok CIPAYUNG.
Diskusi yang dilangsungkan dengan menghadirkan Drs. Paulus Florus, mantan aktivis mahasiswa dan juga kenal sebagai motivator dan fasiitator bila melihat kebelakang, maka upaya-upaya ini pula menjadi proses yang saat itu pula dilakukan oleh para pmakarsa lahirnya Cipayung. Diskusi yang dilakukan merupakan bagian dari rangkaian kritis yang baik untuk menganalisis dinamika yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dalam sisitem ketata negaraan saat ini khususnya terkait dengan peran kaum muda dalam menyikapi dinamika perhelatan pesta demokrasi yang akan segera diadakan pada 8 Juli mendatang.
Mengawali paparannya, Paulus Plorus yang juga Ketua CRID (Center For Research and Inter-Religius Dialogue (CRID)/pusat penelitian dan dialog antar agama) menyampaikan salah satu kekhasan kaum muda yakni memiliki visi kedepan karena kaum muda adalah pemilik masa depan. Perubahan yang terjadi dalam catatan sejarah selalu dimulai dari kaum muda. Dalam dinamika pemilu seringkali diwarnai dengan intrik-intrik busuk dengan menghalalkan segala cara.
Dikatakan Paulus Florus, peran dan tantangan yang dihadapi kaum muda sedikitnya ada dua hal yakni peran-tantangan terhadap diri sendiri dan peran-tantangan dalam hubungannya dengan orang lain. Bagaimana menyikapi dinamika yang ada? ”Kaum muda hendaknya dapat mengambil dan menanfaatkan kesempatan ini sebagai sarana belajar untuk memperoleh sikap kritis dan bermoral. Sarana untuk belajar karakter kita dalam hal memahami pengetian politik yang benar. Karena kepentingan kekuasaan kebanyakan cenderung meruntuhkan moral orang. Menolak politik uang salah satunya menjadi tantangan berat. Siapkah anda menaklukkannya kedepan?” tanyanya.
Disampaikan narasumber, peran kaum muda juga sebagai kontrol sosial. Hal yang juga penting menjadi tanggungjawab bersama yakni menjaga perdamaian. Paulus Florus dalam paparannya juga tidak menapik adanya upaya politisasi agama yang muncul dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Kasus yang terjadi di Medan menjadi salah satunya. ”Kaum intelektual harus melihatnya dengan cara yang berbeda. Apapun realitas yang ada saat ii, sebagai kaum intelektual harus menyuarakan suara kenabian yakni pesan-pesan moral. Suara kenabian harus tetap dikumandangkan,” tegasnya.
Bergesernya Orientasi Gerakan?
Eksistensi kaum muda sebagai bagian dari anak negeri sejatinya tidak dapat dikesampingkan. Berbagai catatan dan pengalaman sejarah masa lalu membuktikan betapa besarnya peran kaum muda dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa silam. Terakhir di tahun 1998 saat digaungkannya era reformasi dengan ditandai jatuhnya rezim Orba dibawah kepemimpinan HM. Soeharto adalah bagian dari catatan sejarah dari peran kaum muda khususnya kalangan terpelajar (mahasiswa). Lantas bagaimana sekarang?
Gerakan mahasiswa dewasa ini terkesan mati suri. Terjadinya pergeseran orientasi gerakan kaum muda dimana gerakan mahasiswa tidak menemukan bentuknya seperti dulu. Pernyataan ini disampaikan Erwis, Ketua HMI Cabang Pontianak.
Juhari, sekretaris GMNI Pontianak mengungkapkan sekritis apapun pemuda tetap saja terbentur dengan budaya dan materi. Ia mengusulkan agar kelompok Cipayung mencoba mengawal para anggota legislatif yang pernah menjadi aktivis dengan mengajak untuk berdiskusi dalam rangka menjaga idealisme. Pernyataan Juhari sebagai bentuk jawaban menyusul adanya kecenderungan selama ini yang terjadi pada kalangan dewan yang berlatar belakang aktivis yang untuk kemudian setelah terpilih seakan melupakan idealismenya dan terlarut bersama sistem.
Dalam sisi yang lain, aktivis PMKRI, Lidya Natalia Sartono menyampaikan persoalan seputar pemilu terkait minimnya partisipasi anak-anak daerah yang menuntut ilmu di kota untuk memberikan hak suara dalam setiap perhelatan pesta demokrasi. Mahasiswa asal Kapuas Hulu ini mencontohkan dirinya bersama rekan-rekannya yang jauh dari kampung terpisahkan oleh jarak sehingga sangat memungkinkan untuk anak-anak daerah untuk lebih memilih tidak menggunakan hak pilih ketimbang harus pulang dengan biaya yang besar. ”Pada pemilu lalu, kita dapat melihat banyaknya orang-orang yang gagal dan stress karena kurang siap,” jelasnya mencontohkan buruknya dampak pesta demokrasi bagi mereka yang kurang siap bertanding.
Kesulitan pemberian suara untuk sebuah pemilu juga terlontar dari Dahlia, aktivis Koalisi Perempuan Indonesia. Mahasiswi yang juga dari Kapuas Hulu ini mengaku tidak akan memberikan suara pada perhelatan dengan cara ia harus kembali ke kampung halaman dengan jarak yang telah dibayangkan jauhnya.
Atas kondisi ini, Adi Cahyono dari Pengurus Daerah KNPI Kalbar yang hadir dalam kegiatan Kelompok Cipayung tersebut menegaskan dalam perhelatan demokrasi memunculkan pilihan-pilihan yang pada akhirnya mengeluarkan kost. Ia mengingatkan agar kaum muda dapat menggunakan hak pilih. Dikatakan pemuda diharapkan dapat mengawasi dan menjaga indikasi kecurangan. Menurutnya masih ada waktu untuk mengorganisir pemilih dari kalangan mahasiswa untuk dapat memiliki hak pilih. ”Demokrasi yang sedang berjalan jangan sampai menjadi momok. Berikan sosialisasi, kita harus positif thinking kalau kita mulai mengarah ke hal yang lebih baik,” jelasnya.
Zulkarnaen, Ketua Badan Pengurus Cabang GMKI menilai dalam kaitannya dengan aturan main kehidupan bernegara, konstitusi telah banyak mengatur dengan jelas. Adanya kecenderung pembelajaran politik yang kurang mendidik masih juga muncul. ”Ambil saja uangnya, tapi jangan pilih orangnya. Pernyataan ini kurang baik bagi pembelajaran politik bagi warga. Yang baik adalah, jangan ambil uangnya dan jangan pula dipilih,” jelas Zulkarnaen.
Tetap Optimis
Dalam dinamika sesulit apapun, harapan untuk lebih baik penting dimiliki kaum muda harapan masa kini dan masa depan negeri ini. Realitas yang terjadi saat ini menuntut setiap orang untuk menjalaninya.
Katua Badko HMI Kalbar, Ridwansyah menilai pentingnya rasa optimis. Dengan kondisi saat ini, dirinya merasa yakin tetap optimis. ”Mari kita buat budaya baru dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu,” ajaknya.
Warisan masa lalu
Dinamika politik hari ini menguras banyak hal. Gregorius Rigen, aktivis PMKRI menilai hal tersebut tidak terlepas dari warisan politik masa lalu dimana politik adu domba ”devide et invera” untuk memecah belah masih mewarnai konstalasi dinamika yang berkembang saat ini.
Kondisi ini juga diperparah dengan sistem ketatanegaraan yang berliku-liku dalam. Sehingga Hendrikus Hen yang juga aktivis PMKRI menilai perlu adanya perubahan sistem dalam menghadapi dinamika dan persoalan yang ada. ”Setiap kita tentu selalu berharap adanya sistem ketatanegaraan yang sempurna. Untuk merubah sistem, maka kita harus masuk dalam sistem itu,” jelasnya.
Terkait dengan perubahan sistem, Paulus Florus mengungkapkan keberadaan mahasiswa tidak mempunyai kuasa lebih untuk merubah sistem. ”Untuk melakukan kontrol atas pihak lain itu diluar kuasa kita. Yang bisa dilakukan dalam kuasa diri Anda adalah mengontrol diri sendiri. Sistem dan moral, keduanya sangat penting,” jelasnya menanggapi.
Dari beberapa catatan diatas, penulis memandang sekecil apapun peran dan keterlibatan kaum muda menjadi kebutuhan mendesak yang perlu diaktualisasikan kearah yang positif. NKRI dalam hal ini menjadi harga mati yang harus diperjuangkan dan dipertahankan. Sementara berbagai dinamika yang terjadi sejatinya dapat dicermati dengan kritis tanpa harus menyinggung perasaan setiap orang yang berbeda latar dengan kita. Saatnya kaum muda bicara tentang ”KITA” bukan mereka, saya, kamu, dia dan yang lain. Kelompok Cipayung dan kaum muda lainnya harus tetap mampu menampakkan jati dirinya dengan gaya dan cara yang berbeda dalam memberikan respon terhadap dinamika yang terjadi. Membuka diri, komunitas dan atau perkumpulan bagi akan menjadi jalan yang terbuka untuk dapat saling memahami didalam keberagaman.
Sepakat Lahirkan Buku
Menyadari diri sebagai bagian dari kaum intelektual, warga terpelajar, mengharuskan setiap orang untuk dapat melakukan sesuatu yang bermakna. Hal ini pula menjadi tantangan yang harus dijawab kaum muda sebagai bagian dari warga terpelajar.
Melalui diskusi yang alot dalam dinamika yang plural, diawali diskusi kecil sebelumnya, OKP yang tergabung dalam Kelompok Cipayung bersepakat untuk menerbitkan buku dalam waktu dekat. Upaya ini sebagai bagian langkah kongkrit yang tidak mustahil dilakukan untuk berkreasi dalam bentuk pengungkapan ide-ide dalam sebuah tulisan untuk kemudian dirangkum dalam sebuah buku. Kelompok Cipayung melahirkan kesepakatan pentingnya melakukan kajian-kajian kritis secara interns mengenai persoalan-persoalan sosial yang senantiasa mewarnai dinamika kehidupan sosial. Terima kasih semuanya, terima kasih Tribune Institute.
*) Ketua Presidium PMKRI Pontianak.
.
2009/05/17
[+/-] |
LKK Lintas Cabang dari PMKRI Pontianak untuk Semua |
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
PMKRI Santo Thomas More Pontianak akan menyelenggarakan
Latihan Kepemimpinan Kader Lintas Cabang
Pada Tanggal 11-14 Juni 2009
di Rumah Retret TIRTA RIA, Jalan Adi Sucipto km 9,6 Kubu Raya.
Thema
Duc In Altum...!
(Bertolaklah Ketempat yang Dalam..: Lukas 4:5)
sub temanya
“Perteguh Semangat Inklusif, Solidaritas, Daya Kritis dan Rasa Memiliki Kader Perhimpunan Menuju Persaudaraan Sejati yang Holistik dan Konstruktif untuk Keutuhan NKRI ”
PMKRI Pontianak mengundang teman-teman dari cabang lain. Silahkan konfirmasi Panitia baik melalui email atau phone 085245948254 (Gregorius Rigen).
Syarat umum peserta:
1. Anggota Biasa PMKRI (telah lulus MPAB-MABIM)
2. Membawa surat Mandat/rekomendasi dari DPC.
3. Mengisi biodata dan lembar kesediaan sebagai peserta (terlampir)
4. Mengisi blangko pendaftaran (terlampir)
5. Memiliki motivasi untuk belajar dan berubah
6. Membayar kontribusi peserta @ Rp.40.000/peserta
7. Menyerahkan pas photo ukuran 2x3 sebanyak 4 lembar.
8. Peserta wajib membuat gagasannya dalam bentuk artikel mengenai permasalahan sosial yang terjadi di daerah asal cabang masing – masing dengan ukuran kertas A4, diketik 1,5 spasi, kategori huruf; Font Times New Roman, size biasa ukuran 12.
9. Pendaftaran paling lambat 10 Juni 2009 bertempat di Margasiswa PMKRI Pontianak.
Syarat Khusus Peserta
1. Membawa alat tulis, kitab suci, rosario.
2. Membawa pakaian olahraga.
3. Membawa pakaian secukupnya.
4. Membawa sepatu.
5. Membawa baret cabang masing – masing
Konfirmasi kesediaan hubungi:
Sekretariat penyelenggara:
Jl. Imam Bonjol, Kompleks Komsos KAP Nomor 338 Pontiianak.
Contac Person:
1. Gregorius Rigen (085245948254)
2. Wellibrodus (085245626563)
3. Lidya Natalia Sartono (085245986762)
4. Hendrikus Hen (085252149123)
5. Hendrikus Adam (085245251907)
6. Ratno Vajeru (085245846519)
7. Yohanes (085252562805)
8. Franciskus Toni (085252083935)
E-MAIL : pmkripontianak@yahoo.com/pmkri.ptk@gmail.com
Jalur Menuju Lokasi Kegiatan:
Khusus bagi teman-teman luar Kalbar. Dari Arah Bandara Supadio naik angkot (Ngojek, taxi, oplet), terus langsung menuju Tirta Ria (bilang saja turun di Kompleks Tirta Ria) dan atau langsung ke Marga PMKRI Pontianak, Jalan Imam Bonjol nomor 338 (di persimpangan empat tol kapuas, samping masjid dekat hotel muslim pontianak).....bila masih bingung, kontax aja penyelenggara. salam
.
[+/-] |
Kenangan MPA Papua |
Romo Paulus Titit (Moderator PMKRI Sorong) sedang menunjukkan kertas penghitungan suara dalam acara pemilihan KP PP PMKRI yang secara defacto Bartolomeus jematu unggul aras perolehan suara dari Hironimus Hilapok. Selisih angkanya hanya 1 suara yakni 28 suara dan 27 suara. Dalam proses selanjutnya, saat itu kondisi chaos. Namun dalam proses penyelesaian dinamika yang ada, Romo Titit sejauh ini belum pernah dilibatkan?
.
2009/05/02
[+/-] |
Kemah Kerja PMKRI |
Senin, 06 April 2009 , 08:03:00
PERHIMPUNAN Mahasiswa Katolik Republik Indonesia akan menggelar kemah kerja sosial di Dusun Benuah, Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. “Ini jadi ruang belajar dalam mengasah kepekaan sosial kader bersama masyarakat,” kata Presidium PMKRI St. Thomas More Pontianak, Hendrikus Adam.
Ada beragam kegiatan yang dilaksanakan, di antaranya, kerja bhakti bersama warga, ibadat jalan salib, pendidikan pemilih, misa Minggu Palma, dialog pengaturan anggaran belanja keluarga, hingga pemutaran film dokumenter tentang pendidikan dan perdagangan orang, serta isu lingkungan. Menurut Adam, dipilihnya Dusun Benuah merupakan bagian dari proses panjang setelah sebelumnya melakukan survei. Hasil survey awal, daerah tersebut dinilai sangat memungkinkan setelah melalui pembahasan dan pertimbangan internal sesuai dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya.
Ia berharap, setiap pihak yang terlibat semakin menyadari keberadaannya sebagai bagian dari komponen penentu keberhasilan pembangunan nasional, khususnya di wilayah setempat. “Generasi muda (mahasiswa) dengan latar belakang daerah yang beragam dapat memahami kondisi kehidupan dan realita di dalam masyarakat setempat khususnya, dan kehidupan masyarakat Kalbar umumnya,” katanya (mnk)
sumber: http://www.pontianakpost.com/?mib=berita.detail&id=17181
.
2009/01/22
[+/-] |
Info Kegiatan Januari 2009 |
Pro ecclesia et patria,
Selamat menapak tahun baru.....
Kawan-kawan setelah lama tidak nongol, PMKRI Pontianak kembali ingin menyapa anda semua.....dengan akan menyampaikan bahwa akan diselenggarakan dalam waktu dekat beberapa kegiatan berikut:
1. Misa Awal Tahun dan Refleksi/Dialog Bersama "Membedah Makna Natal". Kegiatan ini akan menghadirkan Pastor Victor sebagai pemimpin Misa dan P. William Chang sebagai narasumber bedah makna Natal. Kegiatan ini akan dilangsungkan di Aula Asrama Santo Bonaventura Sepakat Pontianak.
2. Refleksi Awal Tahun dan Silaturahmi Bersama mengusung tema "Membangun Komitmen kaum Muda untuk Kalimantan Barat (teta) Damai" dengan akan menghadirkan pembicara: DR. P. William Chang (Agamawan), DR. Yusriadi (Akademisi), H. Nur Iskandar, SP (Praktisi Media), Leili Chainur (Dir Gemawan/aktivis NGO), Gubernur Kalbar dan Waloikota Pontianak.
Bagi kawan-kawan yang berminat, silahkan hadir. Moment ini juga disampaikan kepada para alumni PMKRI.
3. LKK PMKRI Pontianak, rencananya akan di laksanakan Februari 2009. Untuk waktu lebih kanjut nanti akan disampaikan. Karena untuk sementara lebih fokus pada kedua acara tersebut.
Terima kasih buat kawan2 Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Palangkaraya, Bengkayang yang telah menghubungi untuk ikut LKK di Pontianak. Kabar nya nanti akan kita sampaikan. terima kasih.
Salam,
PMKRI Pontianak
.